Bank Sentral China: Jika Perang Dagang dengan AS Terus Berlanjut, Ini Efek Rill di 2019
Minggu, 14 Oktober 2018
Berlanjutnya ketegangan
perang dagang yang terjadi di antara Amerika Serikat dan China masih berlanjut
hingga detik ini. Kondisi ini akan tetap berdampak kepada negara-negara yang
juga menjadi partner dagang AS dan China.
Gubernur Bank Sentral China
atau People's Bank of China (PBoC) Yi Gang mengatakan saat ini China sedang
berusaha untuk menghentikan atau menurunkan ketegangan dengan AS.
Yi menegaskan ketegangan
yang terjadi dapat berefek negatif pada perekonomian global, karena China dan
AS merupakan negara terbesar di dunia. Sehingga akan menimbulkan kerugian jika
perang dagang tersebut terus berlanjut.
Dilansir dari detik.com saat
acara International Banking Seminar G30 di Bali International Convention
Center, Nusa Dua, Minggu (14/10/2018) Gubernur Bank Sentral China atau People's
Bank of China (PBoC) Yi Gang mengatakan, "Saya rasa ketegangan yang
terjadi pada perdagangan AS dan China akan menjadi masalah yang membuat
ekspektasi negatif dan menimbulkan ketidakpastian."
Dia juga mengaku setuju
dengan International Monetary Fund (IMF) yang menyebut jika perang dagang yang
terus berlanjut akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia.
IMF memang memangkas
proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9%.
Lanjutnya, "Saya
melihat ada risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah karena adanya
ketegangan perang dagang ini."
Sebelumnya, Direktur
Pelaksana IMF Christine Lagarde juga menegaskas, bahwa ekonomi global masih
diwarnai ketidakpastian, terutama dari sektor perdagangan.
Bahkan akibat ketegangan
perdagangan ini bisa mengurangi 1 persen produk domestik bruto (PDB) global
sampai 2019 nanti.
"Kami memperkirakan
bahwa eskalasi ketegangan perdagangan saat ini dapat mengurangi PDB global
hampir 1% selama dua tahun ke depan," pungkasnya.