Bank Sentral China: Jika Perang Dagang dengan AS Terus Berlanjut, Ini Efek Rill di 2019


Berlanjutnya ketegangan perang dagang yang terjadi di antara Amerika Serikat dan China masih berlanjut hingga detik ini. Kondisi ini akan tetap berdampak kepada negara-negara yang juga menjadi partner dagang AS dan China.

Gubernur Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBoC) Yi Gang mengatakan saat ini China sedang berusaha untuk menghentikan atau menurunkan ketegangan dengan AS.

Yi menegaskan ketegangan yang terjadi dapat berefek negatif pada perekonomian global, karena China dan AS merupakan negara terbesar di dunia. Sehingga akan menimbulkan kerugian jika perang dagang tersebut terus berlanjut.

Dilansir dari detik.com saat acara International Banking Seminar G30 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Minggu (14/10/2018) Gubernur Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBoC) Yi Gang mengatakan, "Saya rasa ketegangan yang terjadi pada perdagangan AS dan China akan menjadi masalah yang membuat ekspektasi negatif dan menimbulkan ketidakpastian." 

Dia juga mengaku setuju dengan International Monetary Fund (IMF) yang menyebut jika perang dagang yang terus berlanjut akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia.
IMF memang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9%.

Lanjutnya, "Saya melihat ada risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah karena adanya ketegangan perang dagang ini."

Sebelumnya, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga menegaskas, bahwa ekonomi global masih diwarnai ketidakpastian, terutama dari sektor perdagangan.

Bahkan akibat ketegangan perdagangan ini bisa mengurangi 1 persen produk domestik bruto (PDB) global sampai 2019 nanti.

"Kami memperkirakan bahwa eskalasi ketegangan perdagangan saat ini dapat mengurangi PDB global hampir 1% selama dua tahun ke depan," pungkasnya.






Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel